Menu

Mode Gelap
 

Karya Tulis Santri · 10 Jun 2025 10:53 WIB ·

Mewujudkan Bentuk Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

Perbesar

Rasa cinta merupakan penggerak hati yang paling kuat untuk melakukan setiap amalan yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang. Dan sebaik-baiknya cinta adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Cinta atau mahabbah dalam bahasa Arab bermakna kecondongan hati. Dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya secara umum bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

  1. Qalb (dengan hati), yaitu dengan mendahulukan segala yang Allah dan Rasul-Nya cintai serta menghindari segala yang Allah dan Rasul-Nya benci.
  2. Jawarih, yaitu dengan mengaplikasikan serta mengimplementasikan konsekuensi cinta tersebut dengan anggota badan kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia“. (HR. Bukhari).

Betapa banyak kaum muslimin yang mengaku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi di zaman sekarang jarang sekali kita dapati bukti-bukti dari pengakuan tersebut, padahal hakikat cinta yang nyata membutuhkan adanya pembuktian. Wajib bagi siapapun yang menyatakan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya untuk membuktikan cintanya tersebut.

Berikut beberapa hal yang merupakan konsekuensi dari pernyataan seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam:

  1. Mentaati Perintah Allah dan Menjauhi Larangan-Nya

Cinta yang sejati pastilah menghadirkan ketundukan. Yaitu komitmen untuk selalu berusaha mengamalkan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh zat yang kita cintai. Kecintaan ini bahkan akan lebih besar dibanding kecintaan kita kepada diri kita sendiri.

 

 

  1. Jihad di Jalan Allah

Orang yang berjihad di jalan Allah berarti dia mengambil keputusan untuk mengorbankan jiwa dan hartanya demi Allah yang dia cintai. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabdda,

 

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

 

“Sesungguhnya di surga terdapat seratus derajat yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR Ahmad dan Bukhari).

 

  1. Menuntut Ilmu Syar’i

Menutut ilmu merupakan termasuk bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, karena dengan ilmu seseorang bisa menjauhi segala yang Allah larang serta mengerjakan apa yang Allah ta’ala perintahkan. Dengan menunut ilmu juga seseorang bisa bertaqorrub kepada Allah dengan cara yang benar, karena seseorang yang mencintai Allah pasti akan berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada zat yang dia cintai tersebut. Dan usahanya ini perlu didasari dengan ilmu. Allah ta’ala berfimran dalam sebuah hadits qudsi,

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

 

“Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (Muttafaqun ‘alaih).

 

  1. Mencintai Al-Qur’an

Seberapa besar cinta seseorang kepada Al-Qur’an merupakan salah satu indikator yang menunjukan seberapa besar cintanya kepada Allah ta’ala. Dan mencintai Al-Qur’an hendaknya tidak hanya sebatas dengan perkataan lisan. Hendaknya seseorang membacanya, mempelajarinya, mengamalkannya dan berusaha untuk mengajarkannya kepada orang lain.

  1. Memperbanyak Tafakkur dan Berdzikir

Tafakkur merupakan usaha seseorang dalam memikirkan dan merenungi tanda-tanda kebesaran Allah.  Seseorang yang mencintai Allah hendaknya senantiasa bertafakkur, dia merenungi betapa dahsyat ciptaan-Nya berupa langit dan bumi beserta segala isinya sehingga pada akhirnya dia akan senantiasa mengagungkan pencipta dari segala yang ada di langit dan bumi tersebut. Dia juga akan selalu berdzikir dan mengingat-Nya dalam segala kondisi. Allah ta’ala berfirman,

 

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Qs. Al Anfal : 2).

 

  1. Mencintai dan Mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

Allah ta’ala memerintahkan kepada kaum muslimin untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman,

 

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟

 

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Qs. Al Hasyr : 7).

 

Wajib bagi seorang yang mengaku mencintai Allah untuk mengikuti Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, mengamalkan apa yang beliau ajarkan dan menjauhi segala yang beliau larang.

 

Wajib juga untuk kita mencintai segala yang beliau cintai berupa sahabat-sahabatnya, keluarganya dan semua orang yang beliau cintai. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

الْأَنْصَارُ لَا يُحِبُّهُمْ إِلَّا مُؤْمِنٌ ، وَلَا يُبْغِضُهُمْ إِلَّا مُنَافِقٌ

Orang-orang anshor itu, tidak ada yang mencintai mereka kecuali orang-orang yang beriman, dan tidak ada yang membenci mereka kecuali orang-orang munafik.” ( HR. Muslim).

 

Demikianlah beberapa hal yang hendaknya kita berusaha untuk amalkan sebagai konsekuensi pernyataan kita mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah mencatat kita sebagai bagian dari orang-orang yang sungguh-sungguh mencintai-Nya, dan semoga Allah pun membalas cinta kita tersebut dengan mencintai kita, memberkahi kehidupan kita dan orang-orang yang kita cintai. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

 

 

والله تعالى اعلم بالصواب

Banyumas, 3 Dzulqo’dah 1446 bertepatan dengan 1 Mei 2025

 

Penulis    : Salamah (Santri Kelas 2 Tarbiyatunnisa Ma’had Ibnu Taimiyyah Banyumas)

Editor      : Arif Nugroho, S.Pd (Kepala Maktabah Khalid Al Manie’)

Korektor : Ustadz Akhmad Yuswaji, Lc (Mudir ‘Amm Ma’had Ibnu Taimiyyah Banyumas)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 89 kali

badge-check

Team

Baca Lainnya

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak-Anaknya

23 Mei 2025 - 10:54 WIB

Istiqomah

21 Mei 2025 - 08:09 WIB

Tempatku Menuntut Ilmu

13 Mei 2025 - 10:14 WIB

Pembuktian Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

10 Mei 2025 - 08:01 WIB

Hambatan-Hambatan Belajar

1 Mei 2025 - 09:59 WIB

Ma’hadku

22 April 2025 - 10:20 WIB

Trending di Karya Tulis Santri