Menu

Mode Gelap
 

Karya Tulis Santri · 13 Mei 2025 10:14 WIB ·

Tempatku Menuntut Ilmu

Perbesar

Di satu sudut bumi yang mungkin tak banyak tercatat pena manusia, berdirilah sebuah lembaga pendidikan yang menjadi saksi perjalanan hidupku dan gerbang menuju masa depanku. Tempat yang tidak hanya menjadi lokasi di mana kenangan terukir, tapi juga menjadi titik awal perjalananku menuju masa depan.

Bagiku tempat ini istimewa. Walaupun bukan lembaga pendidikan yang mewah dengan fasilitas lengkap, tapi dia adalah taman ilmu yang menumbuhkan mimpi-mimpi banyak orang sepertiku. Di sanalah aku menuntut ilmu, merangkai harapan, dan menapaki jalan menuju cahaya pengetahuan.

Tempatku menuntut ilmu bukan sekedar ruang kelas dengan bangku dan papan tulis. Dia adalah taman di mana benih cita-cita ditanam dengan harapan, disiram dengan kerja keras, dan tumbuh di bawah naungan kasih sayang para guru yang tak pernah lelah mengabdi.  Mereka bukan sekedar pengajar, melainkan pelita yang menerangi jalan kami. Memberikan pengetahuan dengan penuh kesabaran serta menanamkan nilia-nilai kehidupan yang berharga.

Setiap pagi langkah kakiku menyusuri koridor sekolah yang penuh dengan suara tawa dan semangat. Terlihat wajah-wajah yang penuh harapan, baik dari teman-teman seperjuanganku maupun dari para guru yang dengan tulus membimbing kami.

Para guru kami bukan manusia sempurna. Mereka mungkin tidak semua memiliki gelar akademik yang tinggi, tidak juga menggunakan fasilitas mengajar yang canggih. Namun mereka memiliki hal yang sangat berharga, yaitu hati yang tulus, semangat mengajar yang kuat, dan kasih sayang yang luas. Dengan spidol yang hampir habis tintanya, mereka menuliskan ilmu untuk kami. Dengan suara yang parau karena lelah, mereka tetap mengajar kami dengan semangat, karena mereka mengajar bukan hanya dengan lisan, tapi lebih dari itu, mereka mengajar dengan hati.

Aku belajar dari mereka bukan hanya tentang logika, angka ataupun kata. Tapi tentang bagaimana menjadi manusia. Tentang bagaimana menghargai waktu hidup yang Allah berikan, tentang bagaimana menghadapi kegagalan dengan kepala yang tegak, tentang keberanian bermimpi meski dalam keadaan sulit, dan tentang menanam kebaikan walau sekecil apapun karena kita tak pernah tau siapa yang akan tumbuh karenanya.

Begitu juga teman-temanku, mereka menjadi bagian penting dari perjalanan ini. Bersama, kami tumbuh berkembang. Kami jatuh bangun mengeja masa depan. Dalam tawa yang riuh di sela istirahat, dalam tangis yang tersembunyi, kami belajar satu hal : Hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai di tujuan, tapi yang lebih penting dari itu adalah tentang siapa yang tetap berjalan meskipun tertatih. Tidak ada persaingan yang menyakitkan, yang ada adalah dorongan untuk maju bersama. Dan keberhasilan satu orang di antara kami adalah kebanggaan kami bersama.

Tempatku menuntut ilmu bukan sekedar sekolah. Ia adalah rumah keduaku. Tempat di mana aku belajar menjadi manusia yang beriman kepada Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kelak waktu akan mengantarku menjauh dari bangku yang aku duduki saat ini. Tapi aku tahu, kenangan dan pelajaran yang kuterima tidak akan pernah hilang. Sekolah ini akan tetap hidup dalam langkah-langkahku ke depan. Dan kelak, saat aku berhasil meraih mimpi-mimpiku in syaa Allah, aku akan kembali. Bukan untuk dikenang, tapi untuk memberi in syaa Allah, sebagaimana saat ini aku diberi.

Sekolahku bukan hanya sekedar bangunan, tapi rumah bagi harapan. Bukan hanya tempat belajar, tapi tempat di mana mimpi disemai. Dan aku adalah salah satu tunas kecil yang tumbuh dari tanah sederhana itu. Yang kini ingin tumbuh dan berkembang, agar kelak suatu hari nanti bisa meneduhkan banyak orang in syaa Allah.

Karena ilmu yang bermanfaat bukan hanya tentang seberapa tinggi gelar akademik yang dimiliki, tapi dari lebih itu adalah tentang apa yang akan kita lakukan dengannya. Apakah akan kita gunakan untuk mengangkat dan meninggikan diri sendiri, atau untuk merangkul sesama.

 

 

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Banyumas, 14 Dzulqo’dah 1446 bertepatan dengan 12 Mei 2025

Penulis    : Hanifah Syifa Kamila (Santri Kelas 1 Tarbiyyatunnisa Ma’had Ibnu Taimiyyah Banyumas)

Editor      : Arif Nugroho, S.Pd

Korektor : Ustadz Agus Sakif (Pengajar di Ma’had Ibnu Taimiyyah Banumas)

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 272 kali

badge-check

Team

Baca Lainnya

Mewujudkan Bentuk Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

10 Juni 2025 - 10:53 WIB

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak-Anaknya

23 Mei 2025 - 10:54 WIB

Istiqomah

21 Mei 2025 - 08:09 WIB

Pembuktian Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

10 Mei 2025 - 08:01 WIB

Hambatan-Hambatan Belajar

1 Mei 2025 - 09:59 WIB

Ma’hadku

22 April 2025 - 10:20 WIB

Trending di Karya Tulis Santri