Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah berkata :
“Jalan menuju Allah adalah jalan dimana Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar ke dalam api, Ismail direbahkan untuk disembelih, Yusuf dijual sebagai budak dengan harga yang murah hingga ia dipenjara beberapa tahun, Zakaria dibunuh dengan digergaji, Yahya disembelih, Ayyub diuji dengan sakit yang parah, Dawud menangis melebihi kadarnya, Isa berjalan dengan rasa takut yang sangat, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diuji dengan kefakiran dan berbagai gangguan lainnya. Lalu kalian ingin menempuhnya dengan bersantai ria dan bermain-main” (Al Fawaid : 56)
ISTIQOMAH DI ATAS KETAATAN
Berbicara tentang istiqomah di atas ketaatan, kita perlu membahas sedikit tentang bersabar. Karena istiqomah berarti kita bisa bersabar dalam melakukan apa-apa yang telah diperintahkan dan dilarang.
Seperti dalam kalamu Rabbina tabaroka wata’ala:
فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسۡتَعۡجِل لَّهمُ
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran para Rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka”. [Q.S.Al-ahqof:35]
Dan juga sabda nabyyina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan Abu Malik al-Asy’ari, Rasulullah bersabda :
الصلاة نورٌ، والصدقة برهانٌ، والصبر ضِياءٌ، والقرآن حجةٌ لك أو عليك..
” Shalat adalah penerang, sedekah adalah bukti nyata, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur’an adalah hujjah yang akan menyelamatkan atau menjerumuskan mu…”
Istiqomah dan bersabar dalam melaksanakan ketaatan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih lagi zaman yang ada di hadapan kita ini. Zaman yang penuh dengan fitnah, baik fitnah syubhat maupun syahwat. Zaman yang di mana manusia terluput oleh dunia yang fana hingga lupa akan tugasnya sebagai seorang hamba. Syaithan la’natullah saja tidak lupa akan tugasnya menggoda manusia. Maka dengan itu, kita sebagai seorang hamba harus selalu bersabar dan istiqomah di atas ketaatan kepada-Nya.
Dan yang terpenting bagi kita di akhir zaman ini adalah senantiasa istiqomah berada di atas jalan-Nya, istiqomah berada di atas agama-Nya, istiqomah mengikuti jejak baginda nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga istiqomah mengikuti para sahabat dan pengikutnya. Yang berdalil tidak dengan hawa nafsunya melainkan dengan mengikuti Al-Qur’an dan apa yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan.
Istiqomah berada di atas jalan-Nya yang hak membutuhkan pengorbanan yang begitu berat. Seseorang meninggalkan syahwat, maupun keinginannya dalam melakukan hal yang membahagiakan bagi manusia akan tetapi dimurkai dihadapan Rabbnya. Dan dengan istiqomah itulah seorang hamba mendapatkan ganjaran yang mulia di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ توعدون
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah. Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (Q.S Fushilat:30).
Adapun ganjaran baginya di dunia yaitu sesuai dengan firman Allah ta’ala dalam kitab-Nya surah Al-Ahqof ayat 13 yang berbunyi :
فَلا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُون
“…tidak ada rasa khawatir pada mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati.”
Banyak kekhawatiran yang muncul dalam kehidupan. Walaupun harta yang berkecukupan, adanya fasilitas yang memadai atau keturunan yang banyak. Semuanya tidak menjamin ketenangan, kecuali orang yang tetap istiqamah. Maka baginya tidak ada ketakutan dan kesedihan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut kan 7 golongan yang akan Allah naungi, dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya saja. Tatkala matahari hanya berjarak 1 mil dari kepala. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ يَومَ القِيامَةِ في ظِلِّهِ، يَومَ لا ظِلَّ إِلّا ظِلُّهُ: إِمامٌ عادِلٌ، وَشابٌّ نَشَأَ في عِبادَةِ اللّه
“7 golongan yang Allah akan naungi pada hari kiamat, yang mana tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya, di antara-nya : Imam yang adil dan pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah. “ (HR. Bukhori dan Muslim.).
Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu kita untuk istiqomah dan istiqomah di atas jalan-Nya :
- Berdo’a
Doa adalah senjata pertama, namun tidak sedikit orang yang menjadikannya senjata terakhir. Doa yang paling agung meminta istiqomah adalah “اهدناصراط المستقيم”. Tatkala kita sedang membaca ayat “اياك نعبد واياك نستعين” hendaknya kita bertawasul dengan amalan kita. Setelah itu, barulah kita meminta “اهدناصراط المستقيم” yang sebagian makna nya adalah tunjukkanlah kebaikan-kebaikan yang kita belum ketahui dan tegarkanlah kita di atas kebaikan-kebaikan yang telah kita kerjakan selama ini. Adapun doa yang paling banyak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baca saat sujud yaitu,
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنا على طاعَتِكَ.
“Ya Allah yang maha memalingkan hati kami, maka paling kan lah hati-hati kami di atas ketaatan kepada-Mu.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat yang lain, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa,
يا مُقلِّبَ الْقُلُوبِ ثبِّتْ قلبي على دينِك
” wahai dzat yang membolak balikkan hati,tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu.” [HR. Hakim].
- Memilih Teman yang Baik
Ketika kita berteman dengan teman yang selalu menarik kita pada hal-hal yang buruk, maka tinggalkanlah! Karena agama kita lebih penting dari pada pertemanan. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
المَرْءُ عَلىَ دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu berada diatas agama temannya. Maka lihatlah dengan siapa kalian berteman”
(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan At-Tirmidzi)
- Menjaga lisan
Di dalam musnad Imam Ahmad dari Anas bin Malik Al Asy’ari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لَا يَسْتَقِيْمُ اِيْمَانُ عَبْدٍحَتَى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ وَلَايَسْتَقِيْمُ قَلْبُهُ حَتَى يَسْتَقِيْمَ لِسَانُهُ وَلَايَدْخُلُ رَجُلٌ الجَنَةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَاىِٔقَهُ
“Iman seorang hamba tidak akan istiqomah sampai hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah sampai lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk surga.”
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, sebagaimana diriwayatkan di dalam sahih Bukhari dan Muslim :
المُسْلِمُ مَن سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِن لِسانِهِ ويَدِه
“seorang Muslim adalah seseorang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. “
Dalil ini sangat jelas bahwasannya istiqomah berkaitan dengan lisan. Maka kita harus berhati-hati dalam berbicara maupun menulis., karena itu akan mempengaruhi keistiqomahan kita di atas ketaatan kepada Allah ta’ala. hendaknya seseorang menyibukkan diri pada yang lebih bermanfaat.
Allah ta’ala berfirman :
{وقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ}
Artinya, “ucapkanlah perkataan yang benar”
[Q.s Al-Ahzab : 70].
Harga diri seseorang adalah apa yang bisa membuatnya menjadi baik, kehormatan seseorang adalah ilmunya, dan cermin akalnya adalah akhlak luhurnya. Banyak kata yang telah tertulis, semoga kita selalu diberi semangat untuk istiqomah di atas agama-Nya, dan semoga Allah terus memberikan kita hidayah yang dengan itu kita bisa meraih ridho-Nya. Tabaroka wa ta’ala.
Aamiin allahumma aamiin…
والله تعالى اعلم بالصواب
Banyumas, 22 Dzulqo’dah 1446 bertepatan dengan 20 Mei 2025
Penulis : Salwa Alifa Taqeya (Santri Kelas 2C LPBA Ma’had Ibnu Taimiyyah Banyumas)
Editor : Arif Nugroho, S.Pd (Kepala Maktabah Khalid Al Manie’)
Korektor : Ustadz Akhmad Yuswaji, Lc (Mudir ‘Amm Ma’had Ibnu Taimiyyah Banyumas)