Menu

Mode Gelap
 

Karya Tulis Santri · 23 Mei 2025 10:54 WIB ·

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak-Anaknya

Perbesar

Apakah anda pernah mendengar bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak anaknya? Sejak lahir seorang anak hanya melihat contoh dari kedua orang tuanya, mulai dari membaca, menulis, berbicara, adab dan lain lain, sehingga orang tua sangat bertanggung jawab atas apa yang diperbuat oleh anaknya tersebut. Namun tidak sedikit orang tua yang masih belum memahami bagaimana cara mendidik anak yang masih kecil, sehingga banyak dari anak-anak memiliki beberapa karakter dan sikap yang kurang baik.

 

Pembahasan kali ini adalah “Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anaknya?” Di dalam agama Islam, peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya adalah agar mereka terhindar dari api neraka sesuai dengan firman Allah ta’ala dalam surat At tahrim,

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

 

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (Qs. At Tahrim : 6).

 

Ayat ini menjelaskan bahwa penting bagi orang tua terutama ayah untuk mendidik anak-anaknya agar mereka terhindar dari api neraka. Lalu bagaimana caranya agar mereka yakni anak-anak kita terhindar dari api neraka?

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa menjaga diri dan keluarga dari neraka berarti bertakwa kepada Allah dan mendidik keluarga dalam ketaatan. Mujahid menambahkan bahwa ini mencakup memerintahkan keluarga untuk berbuat baik dan mencegah mereka dari kemaksiatan. Adh-Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan juga menyebutkan bahwa setiap Muslim wajib mengajarkan keluarganya tentang kewajiban agama dan larangan-larangan Allah. (Tafsir Ibnu Katsir).

 

Maka dari itu orang tua tentu harus benar-benar menguasai ilmu agama dan ilmu untuk mendidik anak-anaknya agar mereka takut kepada Allah, bukan sekedar takut terhadap larangan orang tua.

 

Banyak orang tua yang mendidik anaknya untuk patuh dan tidak melanggar syariat agama, namun tidak di jelaskan mengapa? dan apa hikmah dari Allah melarang dan memerintahkan hal-hal tersebut? Sehingga terkadang anak berani melanggar ketika orang tuanya sedang lengah atau tidak mengawasi.

 

Selain itu, Allah subhanahu wata’ala juga menjelaskan bahwa orang tua akan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan anak-anaknya sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه

 

“Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas orang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari).

 

Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa hadits ini mengandung prinsip dasar dalam pendidikan anak, yaitu bahwa orang tua harus aktif dalam membimbing anak-anak mereka. Ia menekankan bahwa pendidikan bukan hanya sekadar memberikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan akhlak.

 

Ibnu Hajar menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan konsep kepemimpinan dalam Islam, di mana setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap orang-orang yang berada di bawahnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang ayah bertanggung jawab atas keluarganya, dan seorang ibu bertanggung jawab atas rumah tangganya. Ini menegaskan bahwa kepemimpinan bukan hanya kekuasaan, tetapi juga amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

 

dan salah satu hadits yang mendukung bahwa kita harus mengajarkan agama terhadap anak anak kita adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

 

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ

 

“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun…” (HR. Abu Dawud).

 

Selain shalat, orang tua harus mengajarkan dasar-dasar Islam, seperti iman kepada Allah (tauhid), para nabi, dan tentang perkara halal dan haram.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang lain,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِه

“Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

 

Imam Al-Munawi menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan bahwa kebaikan terhadap keluarga adalah ukuran utama akhlak seseorang. Ia menekankan bahwa seseorang yang baik kepada keluarganya akan lebih mudah berbuat baik kepada orang lain, karena keluarga adalah lingkungan terdekat yang mencerminkan karakter seseorang. Dan dalam hadits ini juga bisa kita simpulkan bahwa dalam mendidik anak, kita harus mendidik mereka dengan cara yang baik dan bijak, tanpa harus mendidik dengan kekerasan apalagi hanya di takut takuti saja.

 

lalu.. apa indikator keberhasilan seseorang dalam mendidik anaknya?

 

Keberhasilan seseorang dalam mendidik anaknya adalah saat anaknya memiliki akhlak yang baik dan perasaan takut kepada Allah SWT. Karena perasaan takut kepada Allah dalam diri seorang anak lebih penting dari ilmu agama yang mereka pelajari namun mereka tidak takut kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan apabila seorang anak sudah memiliki perasaan takut dan merasa diawasi oleh Allah, maka mereka akan otomatis taat kepada Allah dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, walaupun dia dalam keadaan sedang sendirian dan tidak diawasi oleh siapapun.

 

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

 

Banyumas, 22 Dzulqo’dah 1446H/20 Mei 2025

 

Penulis                        : Ahmad Abdullah (Santri kelas 2 Mutawassithoh Ma’had Ibnu Taimiyyah)

Editor              : Arif Nugroho, S.Pd (Kepala Maktabah Khalid Al Manie’)

Korektor         : Ustadz Ibrahim Abu Isa (Staf Pengajar Ma’had Ibnu Taimiyyah)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 78 kali

badge-check

Team

Baca Lainnya

Istiqomah

21 Mei 2025 - 08:09 WIB

Tempatku Menuntut Ilmu

13 Mei 2025 - 10:14 WIB

Pembuktian Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

10 Mei 2025 - 08:01 WIB

Hambatan-Hambatan Belajar

1 Mei 2025 - 09:59 WIB

Ma’hadku

22 April 2025 - 10:20 WIB

Bertahan di atas Ketaatan

17 April 2025 - 11:26 WIB

Trending di Karya Tulis Santri