Menu

Mode Gelap
 

Karya Tulis Santri · 17 Apr 2025 11:26 WIB ·

Bertahan di atas Ketaatan

Perbesar

Manusia hidup di dunia ini mempunyai tugas pokok dan fungsi yang mulia. Adapun tugas pokoknya disebutkan dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56 :

                                                             وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka  beribadah kepada Ku.”

Sedangkan fungsi utamanya disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 30 :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,’Aku hendak menjadikan khalifah di bumi’.”

Setiap muslim diwajibkan untuk taat terhadap perintah Allah ta’ala. Pengertian taat adalah mengikuti perintah. Lafadz tho’ah diambil dari kata tha’a yang artinya mengikuti. Adapun arti taat berdasarkan tafsir adalah ikutilah perintah Allah dan Rasul Nya serta kepada Ulil Amri. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ

“Wahai orang orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul(Muhammad) dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.” (QS. An Nisa ; 59).

Allah ta’ala memerintahkan kita untuk istiqomah di atas ketaatan dan tidak berpecah belah serta tidak berselisih. Karena berpecah belah merupakan sebab kedzaliman yang dapat menyebabkan umat ini saling mencaci satu sama lain serta menghalalkan darah satu sama lain, sebagaimana firman Allah ta’ala :

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟

“Dan taatilah Allah dan Rasul Nya dan janganlah kalian berselisih,” (QS. Al Anfal : 46).

Kewajiban kita sebagai kaum muslimin adalah menjadi umat yang satu. Jangan sampai terjadi pada kita perpecahan, saling memerangi satu sama lain, baik dengan senjata maupun lisan, saling memusuhi dan saling membenci hanya karena perbedaan pendapat yang dibolehkan berijtihad padanya. Sebab dalam perkara yang demikian ini terdapat keluasan.

Dan termasuk kesempurnaan dari persatuan di atas kebenaran ialah mendengar dan taat kepada Ulil Amri (Penguasa), karena sesungguhnya apabila umat islam berpegang teguh dengan agamanya, bersatu di atasnya, menghormati Ulil Amri, dan tunduk kepada mereka dalam perkara yang ma’ruf maka mereka akan mendapatkan kepemimpinan dan kemenangan di muka bumi.

Namun pada saat umat islam telah mengadakan perkara-perkara baru dalam agama, manusia berpecah belah dalam agama mereka, mereka keluar dari ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta Ulil Amri, kemudian mereka berpecah belah, maka Allah akan melepaskan rasa takut dari hati para musuh mereka, sehingga mereka dengan mudah dapat mengalahkan dan menguasai kaum muslimin.

Istiqomah atau bertahan di atas ketaatan adalah perkara yang wajib diterapkan bagi setiap muslim. Seorang akan menyesal jika tidak menjaganya sebagaimana Nabi shallallahu’alahi wasallam pernah mendapati sebuah kuburan, kemudian beliau bertanya kepada para sahabat,

مَنْ صَاحِبُ هَذَا الْقَبْرِ؟»، فَقَالُوا: فُلَانٌ.

 “siapa pemilik (penghuni) kuburan ini? Maka para sahabat menjawab “Fulan”, maka beliau bersabda’

رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ

“2 roka’at yang sempat kalian kerjakan maka lebih ia (penghuni kubur tadi) cintai daripada dunia dan seisinya.’’  (HR. Thobrony)

Seorang penyair arab mengatakan :

‘’ Wahai Bani Adam, sampai kapan engkau terus lalai sementara kematian membuka mulutnya lebar di hadapan matamu.”

Artinya kematian setiap saat bisa menjemput kita. Terkadang seseorang berfikir dia akan sakit dulu baru kemudian ia meninggal, sehingga ia tidak mau istiqomah di atas ketaatan. Padahal sebenarnya mengulangi pelanggaran berarti akan mendatangkan pengulangan hukuman dari Allah ta’ala.

Seorang yang konsisten melakukan ketaatan akan merasa kehilangan jika tidak melakukannya. Jadi agama atau amal sholih itu bukan untuk digas saja tapi untuk lebih dari itu, amal sholih hendaknya kita dijaga. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda ;

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

‘’Amal yang paling Allah sukai adalah amal yang rutin dikerjakan walaupun sedikit.’’ (HR. Muslim).

Dan istiqomah merupakan ibadah yang sangat mulia, dan ibadah yang sangat sulit, terlebih lagi kita semua sadar bahwasanya iman kita naik dan turun. Kita berbicara di zaman yang penuh fitnah, baik fitnah syubhat maupun fitnah syahwat. Terlalu banyak perkara yang menarik kita untuk meninggalkan jalan yang lurus. Oleh karena itu, istiqomah di zaman ini adalah hal yang sangat berat akan tetapi sangat mulia. Karenanya Allah ta’ala memberikan ganjaran yang besar bagi orang yang istiqomah.

Diantaranya adalah husnul khotimah yaitu kebahagiaan tatkala meninggal dunia. Bagi orang yang istiqomah dia akan meraih husnul khotimah. Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟

“Sesungguhnya orang orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka tetap istiqomah, tidak ada rasa khawatir pada diri mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.” (Qs. Fushshilat : 30)

Namun, ini adalah perkara yang sangat berat. Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam menyebutkan di antara 7 golongan yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat tatkala jarak matahari hanya 1 mil, di antaranya kata nabi shallallahu’alaihi wasallam :

وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ

“Yaitu anak muda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah”. (HR. Bukhori dan yang lainnya)

Berikut adalah beberapa hal yang hendaknya kita lakukan agar bisa istiqomah bertahan di atas ketaatan, antara lain :

  1. Berdoa kepada Allah

Di antara doa yang paling agung untuk meminta istiqomah adalah :

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Makna dari doa tersebut adalah:

  1. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus
  2. Tunjukkanlah kami kebaikan-kebaikan lain yang belum kami ketahui.
  3. Tegarkanlah kami di atas kebaikan yang sudah kami tempuh

Dan di antara doa yang paling banyak nabi shallallahu’alaihi wasallam baca dalam sujudnya :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang membolak balikan hati tetapkanlah hatiku di atas agamamu.”

Dan doa yang perlu kita perhatikan adalah dzikir pagi dan petang. Seorang muslim harus membiasakn diri untuk membaca doa dzikir pagi dan petang.

Tatkala ia membaca doa tersebut,ia renungkan maknanya karena di dalamnya terdapat banyak doa agar kita dihindarkan dari godaan syaithon.

  1. Memilih teman yang baik

Carilah komunitas, karena orang yang sendiri akan mudah tergoda oleh syaithon. Maka carilah teman teman yang sholih dan bergaullah dengan mereka, karena rasul shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seorang akan dinilai dari agama temannya, maka hendaklah di antara kamu memperhatikan dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

 

  1. Perbanyak istighfar

Bukan maksud istiqomah tidak pernah salah, tapi istiqomah adalah kita berusaha di jalan yang lurus, sesekali kita menyimpang maka harus segera kembali ke jalan yang lurus. Allah ta’ala berfirman :

فَٱسْتَقِيمُوٓا۟ إِلَيْهِ وَٱسْتَغْفِرُوهُ

     ”Istiqomahlah kepada Nya dan beristighfarlah”(Q.S. Fussilat : 6)

Karena Allah mengetahui seorang pasti dalam istiqomahnya ada kekurangan, maka Allah memerintahkan agar kekurangan itu ditambal dengan istighfar. Demikian juga tatkala nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal :

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ

 “Bertakwalah kepada Allah dimana pun kamu berada”

setelah itu beliau bersabda

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

 “Dan iringilah kejelekan dengan kebaikan”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Jadi seorang tatkala istiqomah pasti pernah melakukan kesalahan, maka tatkala ia melakukan kesalahan ada 2 hal yang harus ia lakukan :

  1. perbanyak istighfar
  2. melakukan kebaikan kebaikan yang lain agar bisa menghapus keburukan yang ia lakukan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyamakan kebaikan seperti air bersih, adapun dosa seperti najis. Jika seorang terkena najis, maka ia harus mencari air yang banyak agar najis tersebut bisa hilang. Seperti seorang Arab Badui yang pernah kencing di masjid, maka nabi shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan untuk mendatangkan seember air, tatkala ditumpahkan maka hilanglah najis tersebut.

Demikian pula apabila kita bermaksiat, maka hati kita seperti terkena najis. Dan yang harus kita lakukan adalah beristighfar dan memperbanyak amal sholeh. Dan apabila kita memperbanyak amal sholeh, maka najis yang sedikit tidak dianggap oleh Allah. Karena nabi shallallahu’alaihi wasallam berabda :

إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ

 “Apabila air sudah mencapai 2 qullah, ada najis najis yang sedikit maka tidak ada pengaruhnya(tidak mengandung kotoran).” (HR. Ad Daruquthni)

Dan dosa dosa kecil yang kita lakukan akan dileburkan oleh Allah ta’ala, maka seorang hendaknya berusaha memperbanyak amal sholeh dalam kehidupannya.

Dan perlu diingatkan kembali bahwa istiqomah bukan berarti selalu taat tidak pernah salah. Maka para ulama mengatakan tanda kebahagiaan ada 3 yaitu :

“اذا اعطي شكر واذا ابتلي صبر واذا اذنب استغفر”

‘’Apabila ia diberi, ia bersyukur dan apabila ia ditimpa musibah, ia bersabar dan apabila ia berdosa, ia beristighfar.’’

Selama kita masih berada dalam 3 perkara ini maka kita termasuk orang yang istiqomah dan orang yang bahagia.

Dan di antara hal yang membantu kita untuk istiqomah yaitu membiasakan diri untuk melakukan hal hal yang sunnah. Yang wajib juga jangan kita tinggalkan.

Apabila kita sedang futur atau malas, mungkin perkara yang sunnah kita tinggalkan akan tetapi yang wajib tidak boleh kita tinggalkan. Jika yang wajib kita tinggalkan, maka agama kita akan hancur. Maka untuk membentengi yang wajib adalah dengan perkara yang sunnah dan syaithon akan semakin sulit untuk menggoda.

Dan istiqomah tidak mungkin kita kerjakan kecuali jika hati dan lisan kita juga istiqomah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Imam Ahmad, nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ

 

“Iman seorang hamba tidak akan istiqomah sampai hatinya istiqomah dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah sampai lisannya istiqomah.”

Dalil ini menujukkan istiqomah berkaitan dengan lisan. Di zaman sekarang ini perbuatan lisan juga bisa dilakukan dengan tulisan. Dan kita sekarang berada di zaman media sosial, maka hati-hati dalam berbicara serta mengungkapkan, baik dengan lisan maupun tulisan serta jangan sembarang berkomentar, karena itu semua berpengaruh dengan istiqomah kita, sebagaimana firman Allah ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. (QS. Al Ahzab : 70)

Dan yang terakhir, kita akan selalu istiqomah apabila semangat dalam mendatangi majelis ilmu, karena rasul shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

 ‘’Barangsiapa yang  menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. ’’ (HR. Muslim)

Artinya ketika kita istiqomah bertahan di atas ketaatan dengan dibuktikan semangat dalam mendatangi majelis ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan menuju surge, in syaa Allah.

 

 

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

 

Banyumas, 16 Syawal 1446 bertepatan dengan 15 April 2025

 

Penulis    : Fatimah Abdurrahman (Santri Kelas 1 Tarbiyyatunnisa Ma’had Ibnu Taimiyyah Banyumas)

Editor      : Arif Nugroho, S.Pd (Kepala Maktabah Khalid Al Manie’)

Korektor : Ustadz Akhmad Yuswaji, Lc (Mudir ‘Amm Ma’had Ibnu Taimiyyah Banyumas)

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 172 kali

badge-check

Team

Baca Lainnya

Tempatku Menuntut Ilmu

13 Mei 2025 - 10:14 WIB

Pembuktian Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

10 Mei 2025 - 08:01 WIB

Hambatan-Hambatan Belajar

1 Mei 2025 - 09:59 WIB

Ma’hadku

22 April 2025 - 10:20 WIB

Mensyukuri Hidayah

15 April 2025 - 09:32 WIB

Agar Puasa Kita Diterima Allah ta’ala

12 Maret 2025 - 08:23 WIB

Trending di Karya Tulis Santri