Seseorang bertanya kepada Abu Sa’id Hasan Al Basri rahimahullah (tabi’in w. 110 H),

يا أبا سعيد ، ما تقول في رجل قد استظهر القرآن كله عن ظهر قلبه ، ولا يقوم به ، إنما يصلي المكتوبة ؟

“Wahai Abu Sa’id, apa yang kau katakan tentang seorang yang telah menghafal Al Qur’an seluruhnya, tapi ia tidak shalat sunah (dengan membaca hafalannya), ia hanya shalat wajib ?”

Maka Hasan Al Basri rahimahullah menjawab ;

يتوسد القرآن ، لعن الله ذاك

“Orang itu (seperti) menjadikan Al Qur’an sebagai bantal. Allah melaknatnya”.

📚 Tafsir Al Qurthubi surat Al Muzzammil.

Semoga Allah memudahkan kita untuk terus membaca Al Qur’an, memahami dan mengamalkannya serta memberikan taufiqNya agar kita bisa menunaikan shalat sunah.

Barakallahu fikum.

Nabi ﷺ bersabda :

يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها
“Akan dikatakan kepada Shahibul Qur’an (di akhirat) : “Baca dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca”
(HR. Abu Daud dishahihkan Al Albani)

Siapakah Shahibul Qur’an itu ?
Ia adalah penghafal Al Qur’an.

Syaikh Muhammad Syamsul Haq rahimahullah berkata ;

أَنَّهُ لَا يُنَالُ هَذَا الثَّوَاب الْأَعْظَم ، إِلَّا مَنْ حَفِظَ الْقُرْآنَ ، وَأَتْقَنَ أَدَاءَهُ وَقِرَاءَتَهُ كَمَا يَنْبَغِي لَهُ ”

“Tidaklah pahala yang agung ini diraih kecuali oleh orang yang menghafal Al Qur’an dan menguatkan hafalannya serta mengamalkan Al Qur’an dan bacaannya sebagaimana mestinya.”

📚 ‘Aunul Ma’bud 4/273.

Barakallahu fikum.

Di rakaat ke tiga shalat zhuhur imam lupa.
Bangkit dari sujud ia duduk untuk tasyahhud akhir.

Makmum pun bertasbih mengingatkan agar imam berdiri ke rakaat empat.

Imam sadar kemudian berdiri.
Apakah ia sujud sahwi di akhir shalatnya karena ia lupa meskipun hanya sebentar?

Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan :

وَإِذَا جَلَسَ فِي غَيْرِ مَوْضِعِ التَّشَهُّدِ قَدْرَ جَلْسَةِ الِاسْتِرَاحَةِ ، فَقَالَ الْقَاضِي : يَلْزَمُهُ السُّجُودُ ،

“Jika ia duduk bukan pada kondisi tasyahhud (seperti duduk di raka’at ke 3 shalat zhuhur-karena lupa) seukuran lamanya duduk istirahat , maka Al Qadhi rahimahullah berkata ,”Dia wajib sujud sahwi”.

📚 Al Mughni – Ibnu Qudamah.

Semoga Allah memudahkan kita dalam menunaikan ibadah.

Barakallahu fikum

Sudah niat bangun shalat malam. Ternyata telat bangun.
Semoga niat tak sia-sia.

Abu Darda radhiallahu ‘anhu berkata,

من أتى فراشه ، وهو ينوي أن يُصلِّي مِن اللَّيل ، فغلبته عيناه حتّى يصبحَ ، كتب له ما نوى

“Siapa yang beranjak ke tempat tidurnya dalam keadaan ia telah berniat (untuk bangun) shalat malam, ternyata ia tak mampu bangun hingga subuh, maka telah dicatat pahala niatnya.”

Nabi ﷺ bersabda :

فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً
“Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna.”
HR. Al Bukhari, Muslim.

📚 Arba’in An Nawawi no. 37.

Barakallahu fikum.

Saudara, tetangga atau kawan kita dikaruniai anak (bayi).
Adakah do’a untuk mereka?

Sebagian ulama membaca do’a (meminta keberkahan) kepada Allah untuk si bayi.

Diriwayatkan dari Ayyub As Sikhtiyani rahimahullah (tabi’in w. 130 H), bahwa beliau ketika mendengar kabar ada tetangga yang punya anak, beliau mendoakan,

جَعَلَهُ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم –

“Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi untukmu dan untuk umat Muhammad ﷺ.”

Ucapan senada juga diriwayatkan dari Imam Al Hasan Al Basri rahimahullah (tabi’in w. 110 H).

📚 Ad Du’a – Imam At Thabarani.

Barakallahu fikum.

Ngaji lagi, ngaji lagi. Apa nggak bosan?

Shalat lagi, shalat lagi. Apa nggak lelah bolak-balik ke masjid?

Memang capek, tapi lelah untuk berharap rahmat sang Khaliq meskipun dirasa tapi nikmat kesudahannya tak akan terkira.

Daripada lelah karena mengejar harapan dari makhluk-Nya, apa yang akan didapat? Kadang tercapai tapi tak seberapa.

Sebagian ulama bertutur nasihat menggugah jiwa,

مَنْ رَغِبَ عَنِ التَّعَبِ لِلَّهِ ، اُبْتُلِيَ بِالتَّعَبِ فِي خِدْمَةِ الْخَلْقِ

“Siapa yang tidak ingin lelah untuk beribadah kepada Allah, niscaya dia akan diuji dengan lelah mengabdi kepada makhluk.”

📚 Madarijus Salikin 1/284.

Semoga Allah memberkahi aktivitas kita.

Barakallahu fikum

Ada beberapa hadits yang menunjukkan kekhususan puasa Rajab, hanya saja riwayat-riwayat tersebut dikritik oleh sebagian ulama.

Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah (pakar hadits dan ahli fiqih madzhab Syafi’i) mengatakan,

لم يرد في فضل شهر رجب ، ولا في صيامه ، ولا في صيام شيء منه معين ، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة ، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ

“Tidak terdapat riwayat yang sahih yang layak dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, tidak pula riwayat yang shahih tentang puasa Rajab, atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu bulan Rajab. Keterangan saya ini telah didahului oleh keterangan Imam Al Hafidz Abu Ismail Al Harawi.”
(Tabyinul ‘Ajab bi Ma Warada fi Fadli Rajab, hal. 6)

Hal ini bukan berarti tidak boleh puasa sunah di bulan Rajab.

Sebagian ulama menjelaskan akan bolehnya puasa di bulan Rajab jika bertepatan dengan hari-hari puasa sunah (seperti Senin dan Kamis dan Ayyamul Bidh).
Wallahu a’lam.

📚 Tamamul Minnah 2/187 dan sumber lainnya.

Semoga Allah terus membimbing kita untuk berpegang teguh dengan tuntunan sunah Nabi ﷺ.

Barakallahu fikum

Seseorang datang kepada Nabi ﷺ meminta agar dibacakan (diajarkan) Al Qur’an.

Beliau pun menyuruh seorang sahabat membacakan ayat kepadanya.

Ia pun membaca

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ

Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan sebesar dzarrah (semut kecil), niscaya ia akan melihat (balasan)nya.
QS. Azzalzalah 7.

Orang tersebut lantas berkata:

حسبي لا أبالى أن لا
أسمع غيرها.

“Cukup, aku tak peduli (meskipun) aku tak mendengar ayat selain ini.”

Ternyata seayat yang ia dengar sangatlah bermanfaat baginya. Ia sadar bahwa kebaikan sekecil apapun takkan Allah sia-siakan. Sehingga tak semestinya ia meremehkan amalan.

Nabi ﷺ bersabda tentang orang tersebut,

دعوه فإنه قد فقه

“Biarkan dia, karena sungguh dia sudah memahami.”

📚 Tafsir Al Qurthubi.

Barakallahu fikum

Kehebatan remaja bukan karena kuatnya fisik semata. Tapi karena kemampuan yang Allah karuniakan kepadanya untuk menundukkan syahwat yang bergejolak dalam jiwa. Ia pun tumbuh dalam taqwa.

Diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ»

“Sesungguhnya Allah ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah”.
HR. Ahmad (As Shahiihah no. 2843).

Syaikh Bin Baz rahimahullah menjelaskan maksud hadits tersebut, kata beliau:

ما له معاصٍ في أول شبابه، ما له جهالات.

“Tak terjerumus dalam maksiat dan perbuatan-perbuatan bodoh di awal masa remajanya.”

📚 Fatawa Diurus, Syaikh Bin Baz.

Semoga Allah menjaga para remaja dan kita semua.

Barakallahu fikum

Ada ungkapan bijak menyatakan :

من شب على شيء شاب عليه

“Siapa yang di masa mudanya terbiasa dengan sesuatu, kelak kebiasaannya itu akan terbawa saat ia tua.”

Beruntung sekali seorang yang saat ia muda rajin melakukan kebaikan, di masa tuanya kebaikan itu diharapkan akan terus menjadi kebiasaannya.

Diantara orang beriman yang akan dinaungi Allah dibawah Arsy-Nya adalah sebagaimana sabda Nabi ﷺ ,

وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ

“Pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Rabbnya.”
HR. Al Bukhari.

Syaikh Salim Al Hilali mengatakan :

“Hadits ini menunjukkan keutamaan pemuda yang tumbuh dalam dalam ketaatan kepada Allah, sehingga dia selalu menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan”.

📚 Bahjatun Nazhirin 1/445.

Barakallahu fikum