Menu

Mode Gelap
 

Khutbah Jum'at · 26 Nov 2024 08:20 WIB ·

Khutbah Jumat: Menjaga Hati dari Zina dan Dampak Negatif Media Sosial

Perbesar

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَ

Amma ba’du …

Hadirin Jama’ah Jumat yang Dirahmati Allah,

Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Untuk meraih surga haruslah dengan takwa karena surga diperuntukkan pada orang yang bertakwa.Allah Ta’ala berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (134)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)

Apa itu takwa?

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman (dalam hadits qudsi),

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:433)

Hadirin Jama’ah Jumat yang Dirahmati Allah,

Dalam era yang serba digital ini, teknologi berkembang sangat pesat, menawarkan berbagai kemudahan dalam komunikasi dan akses informasi. Namun, di balik kemajuan ini, terdapat ancaman besar yang mengintai moral, terutama dalam lingkungan keluarga. Media sosial yang awalnya sebagai sarana kebaikan kini menjadi lahan subur untuk menyebarkan berbagai konten yang merusak nilai-nilai akhlak dan agama.

Saat ini, betapa mudahnya konten tak senonoh tersebar di media sosial. Konten yang dahulu dianggap tabu kini begitu mudah diakses, bahkan oleh anak-anak kita, dan seakan sudah menjadi hal yang dianggap biasa. Tontonan ini tidak hanya merusak hati dan pikiran, tetapi juga membawa godaan besar yang bisa menjerumuskan kita kepada dosa, salah satunya adalah zina.

Zina tidak hanya terbatas pada perbuatan fisik atau kemaluan, tetapi mencakup dosa dari pandangan, pendengaran, ucapan, dan langkah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

Telah ditetapkan bagi setiap keturunan Adam bagian tertentu dari zina yang pasti akan dihadapinya, dan ia tidak dapat menghindarinya. Zina kedua mata adalah melalui pandangan. Zina kedua telinga adalah dengan mendengarkan hal yang tidak baik. Zina lisan adalah melalui ucapan. Zina tangan adalah dengan menyentuh. Zina kaki adalah dengan melangkah ke arah dosa. Adapun zina hati adalah berupa hasrat dan angan-angan. Kemudian, bagian kemaluanlah yang akan membenarkan atau menolaknya.” (HR. Muslim, no. 6925)

Hadits ini menekankan bahwa mata, telinga, lisan, tangan, kaki, dan hati dapat terlibat dalam zina secara tidak langsung melalui tindakan-tindakan yang tampaknya sepele tetapi berpotensi memicu dosa yang lebih besar.

 

Hadirin Jama’ah Jumat yang Dirahmati Allah,

Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan serta menjaga kehormatan diri dengan menghindari perbuatan maksiat.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (QS. An-Nur: 30)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ وَلاَ يُفْضِى الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ وَلاَ تُفْضِى الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِى الثَّوْبِ الْوَاحِدِ

Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lainnya, dan seorang wanita pun tidak boleh melihat aurat wanita lainnya. Seorang laki-laki tidak boleh berbaring dalam satu kain bersama laki-laki lain, begitu pula seorang wanita tidak boleh berbaring dalam satu kain bersama wanita lain.” (HR. Muslim, no. 338)

Tontonan tak senonoh ini justru merusak hati kita. Ketika seseorang terus melihat hal yang diharamkan, akan tumbuh ketidakpuasan dalam diri. Bahkan, dampaknya bisa merusak hubungan suami istri, menimbulkan cemburu, ketidakpercayaan, dan kecurigaan. Hal-hal inilah yang banyak memicu keretakan rumah tangga, dan tidak sedikit yang akhirnya berujung pada perceraian.

Tontonan yang tidak senonoh ini, jama’ah sekalian, menciptakan bayangan dan fantasi yang jauh dari kenyataan. Ketika seseorang terjebak dalam dunia ilusi tersebut, ia mulai melihat pasangannya dengan kekecewaan, sebab apa yang dibayangkan tidak sama dengan realita. Ini adalah jebakan yang halus namun sangat merusak.

Itulah namanya dosa dapat menutup hati pelakunya.

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14)

Ayat ini menegaskan bahwa dosa dan keburukan yang terus-menerus dilakukan dapat menutupi hati seseorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa saat seorang hamba melakukan dosa, muncul titik hitam di hatinya. Jika ia berhenti, beristighfar, dan bertaubat, titik itu hilang dan hati kembali bersih. Namun, jika dosa itu diulang, titik hitam tersebut bertambah, hingga akhirnya menutupi seluruh hati. Keadaan inilah yang disebut “raan” – hati yang tertutup oleh dosa, sebagaimana Allah firmankan: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (QS. Al-Muthoffifin: 14). (HR. Tirmidzi, no. 3334; Ibnu Majah, no. 4244; Ibnu Hibban, 7:27; Ahmad, 2:297. Tirmidzi menyebut hadits ini sebagai hasan shahih, dan Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini hasan).

Mujahid rahimahullah menggambarkan bahwa hati manusia itu ibarat telapak tangan yang pada awalnya terbuka lebar. Ketika seseorang berbuat dosa, hati tersebut mulai tertutup perlahan, seperti telapak tangan yang mulai tergenggam. Setiap kali dosa dilakukan, satu demi satu jari mulai menutup hingga akhirnya seluruh telapak tangan tertutupi oleh jari-jari. Demikian pula hati, jika terus-menerus berbuat dosa, ia akan tertutup sepenuhnya. (Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7:442)

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Kita semua tahu bahwa Islam memandang hubungan suami istri sebagai anugerah dan amanah yang harus dijaga. Allah berfirman dalam Al-Quran, melarang kita untuk mendekati zina karena perbuatan itu adalah keburukan yang besar. Zina tidak hanya melanggar hukum Allah tetapi juga membawa dampak buruk bagi jiwa, keluarga, dan masyarakat. Zina menghancurkan kesucian hati, menyebabkan ketidaktenangan jiwa, dan merusak keharmonisan dalam keluarga.

Untuk itu, Islam memberikan solusi agar kita terhindar dari godaan semacam ini.

Pertama, kita harus memperkuat hubungan kita dengan Allah. Dengan menjaga shalat lima waktu dan memperbanyak dzikir, hati kita akan terjaga dari godaan yang merusak.

Kedua, penting bagi kita untuk menjaga pandangan (ghadul bashar) dan tidak memandang hal-hal yang diharamkan. Menjaga pandangan adalah perintah Allah dan menjaga hati adalah bagian dari ibadah.

Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.

“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pandangan yang tidak disengaja. Maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim, no. 2159)

 

Solusi selanjutnya adalah menjauhi pemicu atau lingkungan yang bisa membawa pada dosa. Batasi diri dari konten yang merusak, baik di media sosial maupun media lainnya. Isi waktu kita dengan hal-hal positif, bersama teman dan lingkungan yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa seorang muslim adalah cerminan dari teman-teman di sekitarnya. Dengan teman yang baik, insyaAllah kita akan terjaga dari godaan dunia yang membawa dosa.

Hadirin sekalian,

Di akhir khutbah ini, marilah kita bertekad untuk menjaga diri dan keluarga dari bahaya pornografi dan zina. Jadikan keluarga kita sebagai benteng, tempat yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan. Perbanyaklah rasa syukur terhadap pasangan, pandanglah pasangan kita sebagai karunia dari Allah. Hanya dengan menjaga diri dari dosa dan mematuhi aturan Allah, kita bisa meraih ketenangan hidup yang hakiki. Semoga Allah memberikan perlindungan bagi kita semua, melindungi hati dan keluarga kita dari segala bentuk keburukan.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوبَنَا وَطَهِّرْ قُلُوبَنَا وَحَصِّنْ فُرُوجَنَا

“Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, sucikanlah hati-hati kami, dan lindungilah kemaluan kami.”

Doa semacam ini pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat mendoakan seorang pemuda yang ingin berzina. Semoga Allah memberikan ampunan, kesucian hati, dan perlindungan bagi kita semua.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوبَنَا وَطَهِّرْ قُلُوبَنَا وَحَصِّنْ فُرُوجَنَا

اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وَعَذَابِ القَبْرِ ، اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا ، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ،

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّا

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.

فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ

Disusun pada siang hari, Jumat, 6 Jumadal Ula 1446 H, 8 November 2024

@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Muhammad Abduh Tuasikal

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Khutbah Jumat : Bekal Seorang Mukmin Menuju Kesalehan dan Ketakwaan

26 November 2024 - 09:16 WIB

Khutbah Jumat: Harta Titipan Allah, Gunakan untuk Kebaikan

26 November 2024 - 08:31 WIB

Khutbah Jumat: 6 Adab Menghadiri Shalat Jumat

26 November 2024 - 08:15 WIB

Trending di Khutbah Jum'at