Jika Imam Tidak Qunut
Ketika seorang bermadzhab Syafi’i yang meyakini disyariatkannya qunut subuh, ia bermakmum dengan imam (bermadzhab Hanafi) yang tidak qunut.
Apa yang ia lakukan ?
Imam Ar Rafi’i rahimahullah (ulama madzhab Syafi’i w. 623 H) menuturkan:
وَإِذَا جَوَّزْنَا اقْتِدَاءَ اَحَدِهِمَا بِالْآخَرِفَلَوْ صَلَّي الشَّافِعِيُّ الصُّبْحَ خَلْفَ حَنَفِيٍّ وَمَكَثَ الْحَنَفِيُّ بَعْدَ الرُّكُوعِ قَلِيلًا وَاَمْكَنَهُ اَنْ يَقْنُتَ فِيهِ فَعَلَ وَاِلَّا تَابَعَهُ
“Ketika kita membolehkan mengikuti salah satu dari dua pendapat (madzhab), maka jika pengikut madzhab Syafi’i bermakmum di belakang pengikut madzhab Hanafi dan ia (imam) setelah ruku‘ diam sejenak yang memungkinkan bagi si makmum untuk qunut, maka ia bisa lakukan qunut (sendiri). Jika imam tidak (berhenti sejenak), maka makmum mengikuti imamnya, (tidak qunut).”
📚 Al ‘Aziz Syarhul Wajiz 2/ 156.
Semoga perbedaan di kalangan kaum muslimin tidak membawa perpecahan dan permusuhan.
Barakallahu fikum