Salat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh orang Islam yang merupakan rukun kedua dalam rukun Islam. Salat merupakan kewajiban yang sangat penting bagi kaum muslimin setelah dua kalimat syahadat. Allah telah mewajibkan salat 5 waktu bagi orang Islam sebagaimana dalam surah An-Nisa ayat ke-103,
إِنَّ الصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَبًا مَّوْقُوتًا
“Sesungguhnya salat merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan untuk orang-orang mukmin.” (QS. An-Nisa: 103)
Allah juga memerintahkan hamba-Nya untuk salat setelah mentauhidkan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَوة
“Mereka tidaklah diperintahkan, kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif, melaksanakan salat, …” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Salat juga merupakan ibadah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perintahkan untuk mengajarkan kepada anak-anak kita sejak dini,
مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع سنين واضربوهم عليها لعشر، وفرقوا بينهم في المضاجع
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk salat di umur tujuh tahun, dan pukullah jika mereka tidak melaksanakannya di umur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud)
Agungnya ibadah salat
Salat merupakan ibadah yang paling penting setelah dua kalimat syahadat. Salat juga memiliki keutamaan-keutamaan dan faedah-faedah yang banyak. Di antaranya:
Pertama: Merupakan tiang agama
Salat merupakan tiang agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
رَأْسُ الْأَمْرِ الإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ
“Pokok dari perkara adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad.” (HR. Tirmidzi)
Kedua: Allah mewajibkannya pada Rasulullah tanpa perantara di malam yang mulia
Tidak seperti ibadah lainnya, Allah ‘Azza Wajalla memerintahkan salat secara langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa perantara melalui malaikat Jibril. Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan salat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di langit ke tujuh ketika beliau mikraj, naik untuk bertemu dengan Allah ‘Azza Wajalla.
Ketiga: Allah wajibkan taharah sebelum salat
Di antara hal yang menunjukkan agungnya ibadah salat adalah Allah wajibkan taharah sebelum melaksanakan salat. Wajib bagi seorang muslim ketika hendak melaksanakan salat untuk bersih dari hadas-hadas kecil maupun besar pada badannya, pakaiannya, maupun tempatnya.
Keempat: Merupakan penyejuk mata dan penenang jiwa
Salat juga bisa menjadi penyejuk mata, penenang jiwa, dan istirahatnya badan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطَّيِّبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
“Dijadikan untukku kesenangan dunia ada pada wanita dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk hatiku ada pada salat.” (HR. Nasa’i)
Selain itu, Rasulullah shallalllahu ’alaihi wasallam juga bersabda,
قُمْ يَا بِلالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
“Berdirilah wahai Bilal, istirahatkan kami dengan salat.” (HR. Abu Dawud)
Kelima: Mencegah dari perbuatan buruk dan mungkar
Salat juga ketika dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh bisa menjadi pencegah dari perbuatan buruk dan mungkar. Hal tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
“Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan buruk dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah itu lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Keenam: Penghubung antara hamba dan Rabbnya
Salat merupakan salah satu ibadah yang menghubungkan hamba dengan Rabbnya. Ketika seorang hamba melakukan salat, sejatinya ia sedang menghadap kepada Allah ‘Azza Wajalla. Hal tersebut ditunjukkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ} الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ} الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ {قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ} مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ {قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ} إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ {قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ} اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ {قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Allah berfirman, ‘Aku membagi salat antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam’, maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Pemilik hari kiamat’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memujiku.’
Selanjutnya Dia berfirman, ‘Hamba-Ku menyerahkan urusannya kepadaKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan’, Allah berfirman, ‘Ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku. Dan hamba-Ku mendapatkan sesuatu yang dia minta.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat’, Allah berfirman, ‘Ini untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapatkan sesuatu yang dia minta’ …”
Ancaman bagi yang melalaikan salat
Walaupun salat merupakan suatu ibadah yang mayoritas kaum muslimin tahu kewajibannya, mereka juga mengetahui bahwa salat merupakan rukun Islam yang kedua. Akan tetapi, sekarang ini banyak sekali orang-orang yang melalaikannya, bahkan tidak mengerjakan salat wajib. Padahal, jelaslah ancaman bagi mereka yang melalaikan salat sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ
“Celakalah bagi orang-orang yang salat. Yaitu, orang yang lalai dalam salatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5)
Allah juga mensifati orang-orang yang tersesat dengan orang yang mengabaikan salat,
فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Kemudian, datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan tersesat.” (QS. Maryam: 59)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan salah satu ciri orang munafik adalah mereka salat dalam keadaan malas,
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya’ di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)
Tidak mengerjakan salat juga merupakan ciri-ciri dari penghuni neraka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَۙ
“Apa yang menjerumuskan kalian ke Saqar (neraka). Mereka berkata, ‘Dulu kamu bukan orang yang melaksanakan salat.’” (QS. Al-Mudassir: 42-4)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ ارْكَعُوْا لَا يَرْكَعُوْنَ
“Jika dikatakan pada mereka, ‘Rukuklah!’, mereka tidak mau rukuk.” (QS. Al-Mursalat: 48)
Hukum meninggalkan salat
Orang yang melalaikan salat tentu mendapatkan ancaman, lalu apa hukumnya bagi orang yang meninggalkan salat. Jika orang tersebut meninggalkan salat karena menentang wajibnya salat, maka tidak diragukan lagi kekafirannya. Hal tersebut dikarenakan ia telah mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا
“Siapa saja yang menentang Rasul (Nabi Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dalam kesesatannya dan akan Kami masukkan ke dalam (neraka) Jahanam. Itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)
Lalu, bagaimana bagi yang meninggalkan salat karena malas? Para ulama memperselisihkan status keislamannya. Apakah mereka masih muslim atau sudah keluar dari Islam. Bahkan, sebagian ulama menyatakan adanya ijma’ tentang kafirnya orang yang meninggalkan salat. Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menukil perkataan Ishaq bin Rahuyah,
صح عن النبي ﷺ أن تارك الصلاة كافر، وكذلك كان رأي أهل العلم من لدن النبي ﷺ إلى يومناهذا أن تارك الصلاة عَمْدًا من غير عُذر حتى يذهب وقتها كافر
“Telah sahih dari Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bahwa orang yang meninggalkan salat itu kafir. Begitu juga pendapat ahli ilmu di sisi Nabi shallallahu ’alaihi wasallam hingga saat ini bahwa orang yang meninggalkan salat dengan sengaja tanpa uzur hingga terlewatlah waktunya, maka ia kafir.”
***
Penulis: Firdian Ikhwansyah
Artikel: Muslim.or.id
Sumber:
Mulakhas Fiqhy, karya Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan.
Shifat Shalat, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
Sumber: https://muslim.or.id/100935-salat-adalah-ibadah-yang-agung-yakin-masih-mau-meninggalkannya.html