Nama dan nasab
Dia adalah imam, hafiz besar, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah Al-Rabi’ Al-Qazwini. Dia dikenal dengan nama Ibnu Majah, dan “Majah” (مَاجَهْ) dibaca dengan memfathahkan huruf mim dan jim yang ringan, di antara keduanya terdapat alif, dan di akhir kata ada huruf ha yang sukun. Nama ini adalah nama Persia yang merupakan julukan dari ayahnya, Yazid. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah julukan dari kakeknya, dan ada pula yang mengatakan bahwa itu adalah nama dari ibunya. Pendapat pertama lebih kuat. Wallahu a’lam.
Nasabnya berasal dari sebuah suku yang disebut Rabi’ah, dan dia berasal dari Qazwin, yang merupakan salah satu kota terkenal di wilayah Irak yang dihuni oleh orang-orang non-Arab (‘ajam). Dari kota ini, lahir banyak ilmuwan terkemuka. Oleh karena itu, ia disebut Ibnu Majah Al-Rab’i Al-Qazwini (ابن ماجه الربعي القزويني).
Pertumbuhan
Imam Ibnu Majah lahir pada tahun 209 Hijriah. Tumbuh dalam lingkungan ilmiah, sehingga dia mencintai ilmu syar’i pada umumnya, dan ilmu hadis secara khusus. Dia menghafal Al-Qur’an dan sering mengikuti majelis para ahli hadis di masjid-masjid Qazwin, hingga dia mengumpulkan banyak ilmu hadis. Pada tahun 230 Hijriyah, dia hijrah untuk mencari hadis dan bertemu langsung dengan para guru, melakukan perjalanan ke Khurasan, Basrah, Kufah, Baghdad, Damaskus, Makkah, Madinah, Mesir, dan banyak kota lainnya. Perjalanan merupakan kesempatan untuk Ibnu Majah untuk bertemu dengan banyak guru hadis di setiap kota yang dikunjunginya.
Guru-guru
Karena banyaknya perjalanan menuntut ilmu yang telah ia tempuh, Ibnu Majah memiliki banyak guru di setiap wilayah dan kota yang dia kunjungi. Ibnu Majah -semoga Allah merahmatinya- mendengar dari banyak ulama, di antaranya Ali bin Muhammad At-Tanafisi Al-Hafiz, yang banyak meriwayatkan darinya, Jabbar bin Al-Mughlis, salah satu guru lamanya, Mus’ab bin Abdullah Az-Zubairi, Suwaid bin Said, Abdullah bin Ma’awiyah Al-Jumahi, Muhammad bin Ramh, Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hazami, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Abu Bakar bin Abu Syaiba, Hisyam bin Ammar, Yazid bin Abdullah Al-Yamami, Abu Mus’ab Az-Zuhri, Bashar bin Ma’adh Al-‘Aqdi, Hamid bin Mas’adah, Abu Hudhafah As-Sahmi, Dawud bin Rasyid, Abu Khaitsamah, Abdullah bin Dzakwân Al-Muqri’, Abdullah bin Amir bin Barad, Abu Sa’id Al-Asyaj, dan banyak lagi ulama lainnya.
Setelah perjalanan panjang yang memakan waktu lebih dari lima belas tahun, Ibnu Majah kembali ke Qazwin dan menetap di sana. Ibnu Majah fokus pada penulisan dan pengumpulan hadis. Setelah namanya tersebar luas, para pelajar datang dari berbagai penjuru untuk belajar darinya.
Murid-murid
Tidak hanya terbatas pada penulisan, aktivitas ilmiah Ibnu Majah juga mencakup pengajaran dan memberikan ceramah serta pelajaran. Di antara orang-orang yang paling terkenal yang meriwayatkan hadis darinya dan belajar langsung di bawah bimbingannya adalah Ali bin Said bin Abdullah Al-Ghadani, Ibrahim bin Dinar Al-Jurashi Al-Hamdani, Ahmad bin Ibrahim Al-Qazwini yang merupakan kakek dari Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Khalili, Abu Al-Tayyib Ahmad bin Ruh Al-Mush’arani, Ishaq bin Muhammad Al-Qazwini, Ja’far bin Idris, Muhammad bin Isa Al-Saffar, Abu Al-Hasan Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qazwini Al-Hafiz, dan banyak lagi perawi terkenal lainnya.
Karya tulis
Karya yang paling fenomenal dan terkenal adalah kitab Sunan Ibnu Majah, yang merupakan salah satu dari enam kitab hadis sahih. Sebagian besar karya-karya lainnya hilang bersama dengan banyaknya warisan besar kita yang telah lenyap. Selain karya terkenalnya “Sunan Ibnu Majah“, Ibnu Majah juga menulis sebuah tafsir untuk Al-Qur’an yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam bukunya Al-Bidayah wa Al-Nihayah sebagai tafsir yang sangat komprehensif (lengkap). Sayangnya, tafsir ini hilang, seperti banyak buku lainnya yang ia tulis.
Dia juga menulis sebuah buku sejarah yang mengulas dari zaman para sahabat hingga zamannya. Ibnu Katsir menyebutnya sebagai “sejarah yang lengkap”. Sayangnya, buku ini juga tidak tersisa dan hilang.
Perkataan ulama tentang Ibnu Majah
Ibnu Majah mendapatkan pujian dan pengakuan dari para ulama pada masanya. Ibnu Majah merupakan salah satu imam besar di bidang hadis. Ibnu Khallikan berkata tentangnya, “Dia adalah seorang imam dalam hadis, yang mengetahui ilmu-ilmunya dan segala yang terkait dengannya.” Adz-Dzahabi berkata tentangnya, “Ibnu Majah adalah seorang hafiz, jujur, dan memiliki ilmu yang luas.”
Abu Ya’la Al-Khalili berkata, “Dia adalah seorang yang terpercaya, besar, diterima dalam periwayatan, dan memiliki pengetahuan tentang hadis serta hafalan yang baik.”
Ibnu Nasiruddin berkata, “Muhammad bin Yazid bin Majah adalah salah satu imam besar, pemilik kitab ‘Sunan‘ yang merupakan salah satu kitab Islam, seorang hafiz yang terpercaya dan besar.”
Wafat
Ibnu Majah -semoga Allah merahmatinya- wafat pada hari Senin dan dimakamkan pada hari Selasa, tanggal 22 Ramadan, tahun 273 Hijriah. Salat jenazahnya dilakukan oleh saudaranya, Abu Bakar, dan pemakamannya ditangani oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abu Abdullah, serta anaknya, Abdullah. Ibnu Majah wafat pada usia 64 tahun.
***
Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel: Muslim.or.id
Referensi:
Diterjemahkan dan disusun ulang oleh penulis dari web:
https://ar.islamway.net/article/70490/ ترجمة-الإمام-ابن-ماجه
https://www.alukah.net/culture/0/99532/ الإمام-الحافظ-ابن-ماجه-القزويني/
Sumber: https://muslim.or.id/100937-biografi-imam-ibnu-majah.html
Copyright © 2024 muslim.or.id