Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
Kitab Shalat
بَابُ صَلاَةِ المسَافِرِ وَالمريضِ
Hadits #441
عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلّى الله عليه وسلّم: «خَيْرُ أُمَّتي الَّذِينَ إِذَا أَسَاءوا اسْتَغْفَرُوا، وَإِذَا سَافَرُوا قَصَرُوا وَأَفْطَرُوا». أَخْرَجَهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي «الأوْسَطِ» بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ.
وَهُوَ في مُرْسَلِ سَعِيدِ بْنِ المُسَيَّبِ عِنْدَ الْبَيْهَقِيِّ مُخْتَصَر.
Faedah hadits
1. Hadits ini menunjukkan keutamaan istighfar setelah berbuat dosa.
Dalil sahih yang mendukung hal ini adalah firman Allah,
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)
Dalil lainnya memuji orang yang beristighfar dan menganjurkan untuk bertaubat dan beristighfar,
ثُمَّ أَفِيضُوا۟ مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ ٱلنَّاسُ وَٱسْتَغْفِرُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 199)
ٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْمُنفِقِينَ وَٱلْمُسْتَغْفِرِينَ بِٱلْأَسْحَارِ
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17)
Allah juga menjanjikan ampunan bagi yang beristighfar,
وَمَن يَعْمَلْ سُوٓءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُۥ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa’: 110)
Dalam hadits qudsi dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada waktu malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim, no. 6737)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
واللَّهِ إنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وأَتُوبُ إلَيْهِ في اليَومِ أكْثَرَ مِن سَبْعِينَ مَرَّةً.
“Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Bukhari, no. 6737). Dalam riwayat lain disebutkan, “Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.”
Catatan tentang taubat dan istighfar
- Istighfar merupakan permohonan ampun kepada Allah yang diucapkan dengan lisan, sedangkan taubat adalah permohonan ampun yang disertai dengan tekad berhenti dari dosa (al-iqla’) baik dengan hati maupun perbuatan.
- Istighfar yang diucapkan secara lisan namun seseorang masih terus terjebak dalam dosa hanya sekadar menjadi sebuah doa. Jika Allah berkehendak, doa itu bisa dikabulkan, namun jika tidak, ia bisa tertolak. Bahkan, dosa yang terus dilakukan meskipun ada istighfar dengan lisan, bisa menjadi penghalang terkabulnya permohonan ampun tersebut.
- Istighfar berarti meminta ampun, sedangkan maghfirah mengandung makna menutupi dan memaafkan dosa.
2. Dalam hal shalat qashar saat safar, pendapat ulama Syafiiyah menyatakan bahwa melaksanakan qashar lebih utama dibandingkan menyempurnakan (itmam) shalat. Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa qashar itu wajib ketika safar. Menurut ulama Syafiiyah, meninggalkan jamak saat safar lebih utama, kecuali di Arafah dan Muzdalifah.
3. Tidak berpuasa saat safar lebih afdhal daripada berpuasa. Namun, berdasarkan ayat,
وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Dan berpuasa lebih baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 184), berpuasa itu lebih afdal daripada ifthar (tidak berpuasa).
Referensi:
- Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. Jilid kedua. 2:81-82.
- Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 3:488-490.
Diselesaikan pada Senin sebelum Shubuh @ Makkah Al-Mukarramah, 26 Rabiuts Tsani 1446 H, 29 Oktober 2024
@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul
Dr. Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber : Rumasysho.com